Senin, 15 April 2013

THEORI (EVOLUSI) KHAYALAN DARWIN YANG RUNTUH






By : Muis S A Pikahulan



Setiap detail di alam semesta ini menunjukkan adanya penciptaan yang mahaagung. Sebaliknya, materialisme, yang berupaya meng-ingkari fakta penciptaan di alam raya, tak lebih dari kegagalan yang tidak ilmiah.
Begitu materialisme digugurkan, semua teori yang dilandaskan pada filsafat ini menjadi tak berdasar. Yang terpenting darinya adalah Darwin-isme, yakni, teori evolusi. Teori ini, yang mengajukan bahwa kehidupan berasal dari materi tak hidup melalui peristiwa kebetulan, telah dirontokkan dengan pengetahuan bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah. Astrofisikawan Amerika, Hugh Ross menjelaskan hal ini sebagai berikut:
Ateisme, Darwinisme, dan sebetulnya seluruh “isme” yang berasal dari filsafat abad ke-18 hingga 20 dibangun atas asumsi, asumsi yang keliru, bahwa alam semesta ini tidak terbatas. Singularitas telah membawa kita berhadap-hadapan dengan sebab atau penyebab di latar/di belakang/ sebelum alam semesta dan semua isinya, termasuk kehidupan itu sendiri.19
Allah-lah yang telah menciptakan alam semesta dan merancangnya hingga ke detail terkecil. Karenanya, mustahil teori evolusi, yang berpe-gangan bahwa makhluk hidup tidak diciptakan oleh Allah, melainkan hasil dari peristiwa kebetulan, adalah benar.
Tidak mengagetkan, jika kita mengamati teori evolusi, kita melihat bahwa teori ini dibantah oleh temuan-temuan ilmiah. Perancangan kehidupan sangatlah kompleks dan menakjubkan. Di alam tak hidup, misalnya, kita dapat menjelajahi betapa sensitifnya keseimbangan atom-atom, dan lebih jauh lagi, di alam hidup, kita dapat mengamati dalam rancangan kompleks mana atom-atom ini dihimpun, dan betapa luar biasa mekanisme dan struktur seperti protein, enzim, dan sel, yang dibuat dengannya.
Rancangan luar biasa dalam kehidupan ini menggugurkan Dar-winisme di akhir abad ke-20.
Kami telah membahas pokok ini teramat detail dalam sejumlah kajian, dan akan terus melakukannya. Bagaimanapun, kami pikir, dengan mempertimbangkan kepentingannya, akan sangat membantu jika di sini pun diberikan sebuah ringkasan pendek.

Keruntuhan Ilmiah dari Darwinisme
Walaupun merupakan sebuah doktrin yang berawal hingga sejauh jaman Yunani kuno, teori evolusi dikembangkan secara meluas pada abad ke-19. Perkembangan terpenting yang membuat teori ini menjadi topik utama dari dunia sains adalah buku karya Charles Darwin yang berjudul “The Origin of Species” yang diterbitkan pada tahun 1859. Dalam buku ini, Darwin menolak bahwa spesies-spesies makhluk hidup yang berbeda di bumi diciptakan secara terpisah oleh Allah. Menurut Darwin, semua makhluk hidup mem-punyai nenek moyang yang sama dan mereka bervariasi melalui perubahan-perubahan kecil dalam waktu yang panjang.
Teori Darwin tidak didasarkan pada temuan ilmiah konkret apa pun; seperti juga ia terima, teori itu hanyalah sebuah “asumsi”. Lebih-lebih lagi, sebagaimana diakui Darwin dalam bab yang panjang pada bukunya tersebut yang bertajuk “Kesulitan-Kesulitan Teori”, teori tersebut gagal dalam menghadapi banyak pertanyaan yang kritis.
Darwin menanamkan semua harapannya pada penemuan-penemuan ilmiah baru, yang dia harap akan menyelesaikan “kesulitan-kesulitan teori” tersebut. Namun, berlawanan dengan harapannya, temu-an-temuan ilmiah justru mengembangkan dimensi dari kesulitan-kesulitan itu.
Kekalahan Darwinisme terhadap sains dapat ditinjau dari tiga topik dasar:
1)           Teori tersebut tidak dapat dengan cara apa pun menjelaskan bagai-mana kehidupan berawal di bumi.
2)           Tidak ada sama sekali temuan ilmiah yang menunjukkan bahwa “mekanisme evolusi” yang diajukan teori tersebut memiliki kekuatan untuk berevolusi.
3)           Catatan fosil membuktikan hal yang sepenuhnya berlawanan dari apa yang dikemukakan teori evolusi.
Pada bagian ini, kita akan menguji tiga poin dasar ini dalam kerang-ka-kerangka umum.

Langkah Pertama yang Tak Terpecahkan:
Asal-usul Kehidupan
Teori evolusi berhipotesa bahwa semua spesies makhluk hidup ber-evolusi dari sebuah sel hidup tunggal yang muncul dari bumi primitif 3,8 miliar tahun yang lalu. Bagaimana sebuah sel tunggal dapat menurunkan jutaan spesies makhluk hidup yang kompleks, dan jika evolusi seperti itu benar-benar terjadi, mengapa jejaknya tidak dapat diamati dalam catatan fosil adalah sebagian dari pertanyaan yang tidak dapat dijawab teori ini. Bagaimana pun, pertama dan utama, dari langkah pertama proses evolusioner yang diajukan, harus disidik: Bagaimana “sel pertama” ini berawal?
Karena teori evolusi menolak penciptaan dan tidak menerima inter-vensi ilahiah apa pun, ia terus bertahan bahwa “sel pertama” bermula secara kebetulan dalam hukum-hukum alam, tanpa rancangan, rencana, atau pengaturan apa pun. Menurut teori ini, materi tak hidup mestilah telah memproduksi sebuah sel hidup sebagai hasil dari peristiwa kebe-tulan. Ini, bagaimana pun, adalah sebuah klaim yang tidak konsisten bahkan dengan aturan-aturan biologi yang paling tak tergoyahkan.

“Kehidupan Datang dari Kehidupan”
Dalam bukunya, Darwin tidak pernah merujuk kepada asal usul kehidupan. Pemahaman sains yang primitif pada zamannya berpegang pada asumsi bahwa makhluk hidup mempunyai struktur yang sangat sederhana. Sejak masa abad pertengahan, gene-ratio spontanea, teori yang menyatakan bahwa materi tak hidup berkumpul untuk membentuk organisme hidup, diterima secara luas. Diyakini secara umum bahwa serangga berasal dari sisa-sisa makanan, dan tikus dari gandum. Percobaan yang menarik dilaku-kan untuk menguji teori ini. Sejumlah gandum dile-takkan di secarik kain kotor, dan dipercayai bahwa tikus akan muncul dari situ setelah beberapa waktu.
Begitu juga, ulat yang berkembang pada daging dianggap sebagai bukti dari generatio spontanea. Namun, hanya beberapa waktu kemu-dian, dipahami bahwa ulat tidak muncul pada daging secara spontan, tetapi dibawa ke sana oleh lalat dalam bentuk larva, yang tak terlihat oleh mata biasa.
Bahkan dalam periode ketika Darwin menulis The Origin of Species, kepercayaan bahwa bakteri dapat muncul dari materi tak hidup diterima secara luas di dalam dunia sains.
Namun, lima tahun setelah buku Darwin diterbitkan, penemuan Louis Pasteur membuktikan kekeliruan teori ini, yang merupakan landasan bagi evolusi. Pasteur meringkaskan kesimpulan yang dicapainya setelah banyak penelaahan dan percobaan yang menyita waktu: “Klaim bahwa materi tak hidup sebagai asal usul kehidupan terkubur selamanya dalam sejarah.”20
Para pembela teori evolusi menolak penemuan Pasteur dalam waktu yang cukup lama. Namun, begitu perkembangan sains menguraikan struktur kompleks dari sel makhluk hidup, gagasan bahwa kehidupan dapat muncul secara kebetulan menghadapi kebuntuan yang lebih besar.

Upaya-Upaya yang Tak Meyakinkan di Abad ke-20
Evolusionis pertama yang mengangkat subjek asal usul kehidupan pada abad ke-20 adalah ahli biologi terkenal dari Rusia, Alexander Oparin. Dengan berbagai tesis yang diajukannya pada tahun 1930-an, ia mencoba untuk membuktikan bahwa sel dari makhluk hidup dapat bermula dengan peristiwa kebetulan. Kajian-kajian ini, bagaimana pun, ditakdirkan untuk gagal, dan Oparin harus membuat pengakuan berikut ini: “Sayangnya, asal usul sel tetaplah sebuah pertanyaan yang masih merupakan poin tergelap dari keseluruhan teori evolusi.” 21
Evolusionis pengikut Oparin mencoba untuk melakukan berbagai eksperimen untuk menyelesaikan masalah asal usul kehidupan. Yang paling terkenal dari percobaan ini dila-kukan oleh ahli kimia Amerika, Stanley Miller, pada tahun 1953. Dengan menggabungkan gas-gas yang dianggapnya ada pada atmosfer bumi purba dalam sebuah upaya eks-perimen, dan menambahkan energi kepada campuran ini, Miller menyin-tesis beberapa molekul organik (asam amino) yang terdapat pada struktur protein.
Hampir beberapa tahun telah berlalu sebelum terungkap bahwa percobaan ini, yang dikemukakan sebagai sebuah langkah penting dalam evolusi, ternyata tidak absah, atmosfer yang digunakan dalam eksperi-men tersebut sangat berbeda dengan kondisi bumi sebenarnya. 22
Setelah bungkam cukup lama, Miller sendiri mengakui pula bahwa kondisi atmosfer dalam eksperimennya tidak realistis.23
Semua upaya para Evolusionis yang diajukan sepanjang abad ke-20 untuk menjelaskan asal usul kehidupan berakhir dengan kegagalan. Ahli geokimia Jeffrey Bada dari Institut San Diego Scripps menyetujui fakta ini dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam majalah Earth pada tahun 1998:
Hari ini, saat kita meninggalkan abad kedua puluh, kita masih menghadapi masalah terbesar yang tak terselesaikan yang kita punyai saat kita memasuki abad kedua puluh: Bagaimana kehidupan bermula di bumi? 24

Struktur Kehidupan yang Kompleks
Alasan utama mengapa teori evolusi berakhir dengan kebuntuan be-gitu besar tentang asal usul kehidupan adalah bahwa bahkan organisme hidup yang dianggap paling sederhana pun memiliki struktur yang luar biasa kompleks. Sel dari makhluk hidup lebih kompleks dari semua produk teknologi yang dihasilkan manusia. Saat ini, bahkan dalam laboratorium paling maju di dunia, sebuah sel hidup tidak dapat dihasilkan dengan menggabungkan materi-materi tak hidup.
Kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sebuah sel terlalu besar jumlahnya untuk diterangkan dengan peristiwa kebetulan. Probabilitas protein, bahan penyusun sel, untuk tersintesis secara kebetulan adalah 1 banding 10950 untuk sebuah protein rata-rata yang terbuat dari 500 asam amino. Dalam matematika, suatu probabilitas yang lebih kecil dari 1 banding 1050 secara praktis dianggap mustahil terjadi.
Molekul DNA, yang berada di inti sebuah sel dan menyimpan infor-masi genetik, merupakan sebuah bank data yang menakjubkan. Diper-hitungkan bahwa jika informasi yang disimpan dalam DNA dituliskan, akan sebanding dengan sebuah perpustakaan dengan 900 jilid ensiklo-pedia setebal 500 halaman masing-masingnya.
Sebuah dilema yang sangat menarik muncul dari poin ini: DNA hanya dapat bereplikasi dengan bantuan sejumlah protein tertentu (enzim). Namun, sintesis dari enzim-enzim ini hanya dapat terjadi dengan informasi yang tersimpan dalam DNA. Karena saling tergantung, keduanya harus ada pada saat bersamaan untuk replikasi. Ini membawa skenario bahwa kehidupan bermula dengan sendirinya kepada jalan buntu. Prof. Leslie Orgel, seorang evolusionis terkemuka dari Universitas San Diego, California, mengakui fakta ini dalam majalah Scientific American edisi September 1994:
Sangat tidak mungkin bahwa protein dan asam nukleat, yang keduanya berstruktur kompleks, muncul secara spontan di tempat yang sama pada saat yang sama. Tetapi juga mustahil ada yang satu tanpa yang lainnya. Maka, pada pandang pertama, seseorang mungkin harus menyimpulkan bahwa faktanya, kehidupan tidak pernah dapat bermula dengan cara kimiawi.25
Tak diragukan, jika kehidupan mustahil bermula dari penyebab na-tural, maka harus diterima pula bahwa kehidupan “diciptakan” dengan cara supernatural. Fakta ini secara eksplisit menggugurkan teori evolusi, yang tujuan utamanya adalah mengingkari penciptaan.

Mekanisme Evolusi Khayalan
Poin penting kedua yang menyangkal teori Darwin adalah bahwa kedua konsep yang dikemukakan oleh teori ini sebagai “mekanisme evolusioner” diketahui, pada kenyataannya, tidak memiliki kekuatan evolusioner.
Darwin melandaskan anggapan evolusi sepenuhnya pada meka-nisme “seleksi alam”. Kepentingan yang diletakkannya pada mekanisme ini sangat nyata pada judul bukunya: The Origin of Species, By Means of Natural Selection ....
Seleksi alam berpandangan bahwa makhluk hidup yang lebih kuat dan lebih sesuai dengan kondisi alam habitatnya akan bertahan dalam pertarungan untuk hidup. Misalnya, dalam sebuah kawanan rusa yang terancam oleh serangan bintang buas, mereka yang mampu berlari lebih kencang akan bertahan hidup. Maka, kawanan rusa akan terbentuk dari individu-individu yang lebih cepat dan lebih kuat. Namun, tak diragu-kan, mekanisme ini tidak akan membuat rusa berevolusi dan mengubah dirinya menjadi spesies makhluk hidup lainnya, misalnya, kuda.
Karenanya, mekanisme seleksi alam tidak memiliki kekuatan evo-lusioner. Darwin juga menyadari fakta ini dan terpaksa menyatakan dalam bukunya “The Origin of Species”:
Seleksi alam tidak dapat melakukan apa pun hingga variasi yang menguntungkan berkesempatan terjadi.26

Pengaruh Kuat Lamarc
Jadi, bagaimana “variasi yang menguntungkan” ini terjadi? Darwin mencoba menjawab pertanyaan ini dari titik tolak pemahaman sains yang primitif di zamannya. Menurut ahli biologi Prancis, Lamarc, yang hidup sebelum Darwin, makhluk-makhluk hidup meneruskan sifat-sifat yang mereka peroleh sepanjang masa hidupnya kepada generasi selanjutnya, dan sifat-sifat ini, yang berakumulasi dari satu generasi ke yang lainnya, menyebabkan terbentuknya spesies baru. Contohnya, menurut Lamarc, jerapah berevolusi dari antilop; begitu mereka berjuang untuk memakan daun-daun di pohon-pohon yang tinggi, leher mereka memanjang dari generasi ke generasi.
Darwin juga memberikan contoh-contoh yang serupa, dan dalam bukunya “The Origin of Species” misalnya, disebutkan bahwa sejumlah beruang yang pergi ke perairan untuk mencari makanan lama-kelamaan berubah menjadi ikan paus. 27
Namun, hukum pewarisan sifat yang ditemukan oleh Mendel dan diakui oleh ilmu genetika yang berkembang pada abad ke-20, meroboh-kan sama sekali legenda bahwa sifat-sifat yang diperoleh diteruskan ke generasi berikutnya. Dengan demikian, seleksi alam telah gagal sebagai mekanisme evolusioner.


Neo-Darwinisme dan Mutasi
Agar mendapatkan penyelesaian, para Darwinis mengembangkan “Teori Sintetis Modern”, atau yang umum dikenal, Neo-Darwinisme, pada akhir 1930-an. Neo-Darwinisme menambahkan mutasi, yang merupakan gangguan yang terbentuk dalam gen makhluk hidup karena faktor-faktor eksternal seperti radiasi atau kesalahan replikasi, sebagai “penyebab dari variasi yang menguntungkan” sebagai tambahan bagi mutasi alamiah.
Saat ini, model yang mempertahankan evolusi di dunia adalah Neo-Darwinisme. Teori ini tetap mengajukan bahwa jutaan makhluk hidup yang ada di atas bumi terbentuk sebagai hasil dari proses di mana banyak organ kompleks dari organisme ini seperti telinga, mata, paru-paru, dan sayap, telah mengalami “mutasi”, yakni, gangguan genetis. Akan tetapi, ada sebuah fakta ilmiah yang seketika meruntuhkan teori ini sepenuh-nya: Mutasi tidak menyebabkan makhluk hidup berkembang; sebalik-nya, selalu merugikan mereka.
Alasannya sangat sederhana: DNA memiliki struktur yang sangat kompleks dan pengaruh acak hanya dapat mengakibatkan kerusakan kepadanya. Ahli genetika dari Amerika, B.G. Ranganathan menjelaskan sebagai berikut:
Mutasi bersifat kecil, acak, dan merugikan. Mereka jarang sekali terjadi dan kemungkinan terbaik adalah bahwa mereka tidak berpengaruh. Keempat ciri dari mutasi ini berimplikasi bahwa mutasi tidak dapat membawa kepada perkembangan evolusioner. Suatu perubahan acak dalam sebuah organisme yang sangat terspesialisasi akan tak berpengaruh, atau merugikan. Perubahan acak pada sebuah jam tidak dapat memperbaikinya. Ia paling mungkin akan merusak jam itu atau setidaknya tidak berpengaruh. Sebuah gempa bumi tidak akan memperbaiki sebuah kota, hanya membawa kerusakan.28
Tidak mengejutkan bahwa sejauh ini tidak ada contoh mutasi yang bermanfaat, yakni, yang teramati mengembangkan kode genetis, dite-mukan. Semua mutasi terbukti merugikan. Telah dipahami bahwa mutasi, yang ditampilkan sebagai sebuah “mekanisme evolusioner”, sebenarnya merupakan peristiwa genetik yang merugikan makhluk hidup, dan menjadikan mereka cacat (efek mutasi paling umum pada manusia adalah kanker). Tak diragukan, sebuah mekanisme yang meru-sak tidak mungkin menjadi “mekanisme evolusioner”. Seleksi alam, di sisi lain, “tidak dapat melakukan apa pun dengan sendirinya”, sebagai-mana juga diakui oleh Darwin. Fakta ini menunjukkan kepada kita bahwa tidak terdapat “mekanisme evolusioner” di alam. Karena tidak ada meka-nisme evolusioner, tidak mungkin pula proses khayalan yang dinamakan evolusi pernah terjadi.

Catatan Fosil: Tidak Ada Tanda-Tanda Bentuk Antara
Bukti paling jelas bahwa skenario yang diajukan oleh teori evolusi tidak pernah terjadi adalah catatan fosil.
Menurut teori evolusi, setiap makhluk hidup berasal dari pen-dahulu. Sebuah spesies yang telah ada sebelumnya lama-kelamaan ber-ubah menjadi spesies lain dan semua spesies muncul dengan cara seperti ini. Menurut teori tersebut, perubahan ini terjadi secara perlahan dalam periode perubahan yang panjang.
Misalnya, mestilah pernah hidup di masa silam sejumlah makhluk separo ikan/separo reptil yang telah memperoleh beberapa sifat reptil sebagai tambahan atas sifat ikan yang telah mereka miliki. Atau seharus-nya telah terdapat sejumlah reptil-burung, yang memperoleh beberapa sifat burung sebagai tambahan atas sifat reptil yang telah mereka miliki. Karena bentuk-bentuk ini berada dalam fase transisi, mereka tentunya merupakan makhluk hidup yang cacat, lumpuh, dan tidak sempurna. Para evolusionis menyebut makhluk-makhluk khayalan ini, yang mereka percayai pernah hidup di masa lampau, sebagai “bentuk-bentuk transisi”.
Jika binatang-binatang seperti itu benar-benar pernah ada, mereka seharusnya ada jutaan dan jutaan lagi jumlah dan variasinya. Lebih pen-ting lagi, sisa-sisa makhluk aneh ini seharusnya ada di dalam catatan fosil. Dalam The Origin of Species, Darwin menjelaskan:
Jika teori saya benar, tak terhitung jumlahnya varietas antara, yang menghubungkan dengan sangat rapat semua spesies dalam grup yang sama mestilah pernah ada…. Konsekuensinya, bukti keberadaan mereka dahulu hanya dapat ditemukan di antara sisa-sisa fosil. 29

Harapan Darwin Hancur Berantakan
Namun, walaupun para evolusionis telah bekerja keras mencari fosil-fosil sejak pertengahan abad ke-19 di seluruh penjuru dunia, tidak pernah ditemukan bentuk transisi apa pun. Semua fosil yang ditemukan dalam penggalian menunjukkan bahwa, berlawanan dengan harapan para evo-lusionis, kehidupan muncul di bumi secara tiba-tiba dan dalam bentuk yang sempurna.
Seorang ahli paleontologi Inggris ternama, Derek V. Ager, mengakui fakta ini meskipun ia seorang evolusionis:
Poin yang muncul adalah bahwa jika kita mengamati catatan fosil secara terperinci, baik pada tingkat ordo maupun spesies, kita temukan lagi dan lagi bukanlah evolusi bertahap, namun ledakan tiba-tiba satu kelompok makhluk hidup yang disertai kepunahan kelompok lain. 30
Artinya, dalam catatan fosil , semua spesies makhluk hidup tiba-tiba muncul dalam bentuk sempurna, tanpa bentuk-bentuk peralihan apa pun di antaranya. Ini sangat berlawanan dengan asumsi-asumsi Darwin. Juga, ini merupakan bukti kuat bahwa makhluk hidup diciptakan. Penjelasan satu-satunya dari spesies makhluk hidup yang muncul secara tiba-tiba dan lengkap dalam setiap detail tanpa nenek moyang evolusioner adalah bahwa spesies ini telah diciptakan. Fakta ini juga diakui oleh ahli biologi evolusionis terkenal, Douglas Futuyma:
Penciptaan dan evolusi, di antara mereka, muncul penjelasan yang mungkin bagi asal usul makhluk hidup. Organisme muncul di bumi dengan sepenuhnya maju atau tidak. Jika tidak, mereka mestilah berkembang dari spesies yang ada lebih awal dengan proses modifikasi. Jika mereka benar-benar muncul dalam keadaan yang telah sepenuhnya maju, mereka tentunya mestilah telah diciptakan oleh suatu kecerdasan yang mahakuasa.31
Fosil-fosil menunjukkan bahwa makhluk hidup muncul dengan se-penuhnya maju dan dalam keadaan sempurna di muka bumi. Ini berarti bahwa “asal usul spesies”, berlawanan dengan perkiraan Darwin, bukanlah evolusi, tetapi penciptaan.

Kisah Evolusi Manusia
Subjek yang paling sering diangkat oleh para pembela teori evolusi adalah tentang asal usul manusia. Klaim Darwinis menyatakan bahwa manusia modern hari ini berevolusi dari sejenis makhluk menyerupai ke-ra. Selama proses evolusioner yang dianggap ada ini, yang diperkirakan bermula 4-5 juta tahun yang lalu, diklaim bahwa terdapat sejumlah “ben-tuk transisi” antara manusia modern dan leluhurnya. Menurut skenario yang sepenuhnya khayalan ini, didaftar empat “kategori” dasar:
1.            Australopithecus
2.            Homo habilis
3.            Homo erectus
4.            Homo sapiens
Para evolusionis menamakan apa yang disebut sebagai nenek mo-yang pertama manusia yang menyerupai kera ini “Australopithecus” yang berarti “kera Afrika Selatan”. Makhluk hidup ini sebenarnya tak le-bih dari spesies kera kuno yang telah punah. Penelitian yang luas atas be-ragam spesimen Australopithecus oleh dua ahli anatomi yang terkenal di dunia dari Inggris dan AS, yaitu, Lord Solly Zuckerman dan Prof. Charles Oxnard, telah menunjukkan bahwa mereka tergolong spesies kera biasa yang telah punah dan tidak memiliki kemiripan dengan manusia. 32
Para evolusionis menggolongkan tahap berikutnya dari evolusi ma-nusia sebagai “homo”, yaitu “manusia”. Menurut klaim evolusionis, makhluk hidup dalam seri Homo lebih maju daripada Australopithecus. Para evolusionis merencanakan sebuah skema evolusi yang fantastis dengan menyusun fosil-fosil yang berbeda dari makhluk-makhluk ini dalam urutan tertentu. Skema ini hanya khayalan karena tidak pernah terbukti bahwa ada hubungan evolusioner antara kelas-kelas yang ber-beda ini. Ernst Mayr, salah satu pembela teori evolusi yang terkemuka pada abad ke-20, mengakui fakta ini dengan mengatakan bahwa “rantai yang mencapai sejauh Homo sapiens benar-benar hilang”.33
Dengan menyusun rantai hubungan sebagai “Australopithecus > Homo habilis > Homo erectus > Homo sapiens”, evolusionis menyatakan bahwa masing-masing spesies ini adalah nenek moyang spesies lainnya. Akan tetapi, temuan ahli-ahli paleoantropologi baru-baru ini mengung-kapkan bahwa Australopithecus, Homo habilis, dan Homo erectus hidup di belahan bumi yang berbeda pada saat bersamaan.34
Bahkan, suatu segmen manusia tertentu yang digolongkan sebagai Homo erectus ternyata hidup hingga zaman modern. Homo sapiens nean-dertalensis dan Homo sapiens sapiens (manusia modern) pernah hidup bersama di wilayah yang sama. 35
Situasi ini jelas menunjukkan ketidakabsahan klaim bahwa mereka adalah nenek moyang bagi yang lain. Ahli paleontologi dari Universitas Harvard, Stephen Jay Gould, menjelaskan jalan buntu dari teori evolusi ini meskipun ia sendiri seorang evolusionis:
Apa jadinya dengan urutan yang kita susun, jika ada tiga keturunan homi-nid hidup bersama (A. africanus, A. robustus, dan H. habilis), dan tidak satu pun dari mereka menjadi keturunan dari yang lain? Lagi pula, tidak satu pun dari ketiganya memperlihatkan kecenderungan evolusi semasa mereka hidup di bumi.36
Lord Solly Zuckerman, salah satu ilmuwan yang paling terkenal dan dihormati di Inggris, yang melakukan penelitian atas subjek ini selama bertahun-tahun, dan khususnya mempelajari fosil Australopithecus selama 15 tahun, akhirnya menyimpulkan, walau ia sendiri seorang evo-lusionis, bahwa kenyataannya tidak ada pohon silsilah yang berasal dari makhluk menyerupai kera kepada manusia.
Zuckerman juga menyusun sebuah “spektrum sains” yang menarik. Ia membentuk spektrum sains dari yang dianggapnya ilmiah hingga tidak ilmiah. Menurut spektrum Zuckerman, yang paling “ilmiah” tergantung pada data konkret adalah bidang kimia dan fisika. Setelah itu biologi, kemudian diikuti ilmu-ilmu sosial. Pada ujung berlawanan, yang dianggap paling tidak “ilmiah”, terdapat “Extra Sensory Perception (ESP)” konsep seperti telepati dan indra keenam dan terakhir adalah “evolusi manusia”. Zuckerman menjelaskan alasannya:
Kita kemudian bergerak dari kebenaran objektif langsung ke bidang-bidang yang dianggap sebagai ilmu biologi, seperti extra sensory perception atau interpretasi sejarah fosil manusia. Dalam bidang-bidang ini, segala sesuatu mungkin terjadi bagi yang percaya, dan orang yang sangat percaya kadang-kadang mampu meyakini sekaligus beberapa hal yang saling kontradiktif.37
Kisah evolusi manusia menguap hingga tidak bersisa apa pun kecuali penafsiran penuh praduga dari sejumlah fosil yang ditemukan oleh orang-orang tertentu, yang menganut teori mereka secara membuta.
Kepercayaan Materialis
Informasi yang telah disampaikan sejauh ini menunjukkan kepada kita bahwa teori evolusi adalah klaim yang jelas-jelas berbeda dengan temuan-temuan ilmiah. Klaim teori ini atas asal usul kehidupan tidak ber-sesuaian dengan sains, mekanisme evolusioner yang diajukannya tidak memiliki kekuatan evolusioner, dan fosil-fosil menunjukkan bahwa ben-tuk-bentuk antara yang diwajibkan teori ini tidak pernah ada. Maka, tentu kemudian teori evolusi mesti disingkirkan sebagai sebuah gagasan yang tidak ilmiah. Seperti inilah banyak gagasan, misalnya model alam semes-ta dengan bumi sebagai pusat, telah dikeluarkan dari agenda sains se-panjang sejarah.
Namun, teori evolusi tetap disimpan sebagai agenda sains. Sejumlah orang malahan berupaya menamakan kritisisme yang diarahkan kepada teori ini sebagai “serangan atas sains”. Mengapa?
Alasannya adalah bahwa teori evolusi merupakan kepercayaan dogmatis yang tak boleh disingkirkan bagi sementara kalangan. Kalangan ini secara membuta mengabdikan diri kepada filsafat materialis dan mengadopsi Darwinisme karena inilah satu-satunya penjelasan materialis yang dapat dikemukakan untuk bekerjanya alam.
Yang menarik, mereka pun mengakui fakta ini dari waktu ke waktu. Ahli genetika evolusionis terkenal dari Universitas Harvard, Richard C. Lewontin, mengakui bahwa dia ”pertama dan utama adalah seorang materialis dan baru ilmuwan”:
Bukan metode dan institusi sains yang mendorong kami menerima penjelasan material tentang dunia yang fenomenal ini. Sebaliknya, kami dipaksa oleh keyakinan apriori kami terhadap prinsip-prinsip material untuk menciptakan perangkat penyelidikan dan serangkai konsep yang menghasilkan penjelasan material, betapapun bertentangan dengan intuisi, atau membingungkan orang-orang yang tidak berpengetahuan. Lagi pula, materialisme itu absolut, jadi kami tidak bisa membiarkan Kaki Tuhan memasuki pintu..38
Ini merupakan pernyataan yang eksplisit bahwa Darwinisme meru-pakan sebuah dogma yang terus dihidupkan hanya untuk ketaatan ter-hadap filsafat materialis. Dogma ini mempertahankan bahwa tiada keber-adaan selain materi. Oleh karena itu, ia berargumen bahwa materi tak hi-dup dan tak berkesadaran telah menciptakan kehidupan. Ia berkeras bah-wa jutaan spesies makhluk hidup yang berbeda-beda; misalnya, burung, ikan, jerapah, harimau, serangga, pepohonan, bunga, ikan paus, dan manusia berasal mula sebagai hasil dari interaksi antara materi seperti hujan yang turun, petir yang menyambar, dan seterusnya, dari materi tak hidup. Ini adalah sebuah ajaran yang bertentangan baik dengan akal sehat maupun sains. Akan tetapi para Darwinis terus mempertahankannya tepat sebagaimana “tidak membiarkan Kaki Tuhan memasuki pintu”.
Siapa pun yang tidak memperhatikan asal usul makhluk hidup de-ngan praduga materialis akan melihat kebenaran yang terang ini: Semua makhluk hidup adalah karya dari Sang Pencipta, Yang Mahakuasa, Mahabijaksana, dan Maha Mengetahui. Pencipta ini adalah Allah, yang menciptakan seluruh alam semesta dari ketiadaan, merancangnya dalam bentuk yang paling sempurna, dan membentuk semua makhluk hidup.

“Mereka menjawab: “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami keta-hui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesung-guhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS. Al Baqarah, 2 : 32) !

"Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." (QS. Al Baqarah, 2: 32) !

Picture Text

Louis Pasteur menggugurkan klaim bahwa “materi tak hidup dapat menciptakan kehidupan” yang merupakan titik tolak dari teori evolusi, dengan eksperimen yang dilakukannya.
Upaya Alexander Oparin untuk memberikan penjelasan evolusionis tentang asal usul kehidupan berakhir dengan kegagalan besar.
Sebagaimana juga diterima oleh sumber-sumber evolusionis, asal usul kehidupan masih merupakan batu sandungan besar bagi teori evolusi.
Salah satu fakta yang menghapuskan teori evolusi adalah struktur kehidupan yang luar biasa kompleks. Molekul DNA merupakan semacam bank data yang dibentuk dari susunan empat molekul yang berbeda dalam berbagai urutan yang berlainan. Bank data ini mengandung kode-kode dari semua sifat fisik dari makhluk hidup. Jika DNA manusia dituliskan, dikalkulasikan bahwa ini akan berupa sebuah ensiklopedia yang terdiri dari 900 jilid. Tak dipertanyakan lagi, informasi yang begitu luar biasa jelas menyangkal konsep kebetulan.
Sejak awal abad ini, para evolusionis telah mencoba untuk menghasilkan mutasi pada lalat buah, dan mengajukan ini sebagai contoh dari mutasi yang menguntungkan. Namun, satu-satunya hasil yang didapat pada akhir segala upaya yang berlangsung selama beberapa dasawarsa ini adalah lalat-lalat yang rusak, sakit, dan cacat. Di samping adalah kepala dari seekor lalat buah normal dan di kanan adalah kepala dari seekor lalat buah yang mengalami mutasi.
Teori evolusi mengklaim bahwa spesies makhluk hidup secara bertahap berevolusi dari satu ke yang lain. Catatan fosil, bagaimana pun, secara eksplisit menolak klaim ini. Misalnya, pada Periode Kambrium, sekitar 550 juta tahun yang lalu, lusinan spesies yang telah punah total tiba-tiba muncul. Makhluk-makhluk yang dilukiskan pada gambar di atas ini memiliki struktur yang sangat kompleks. Fakta ini, yang disebut sebagai “Ledakan Kambrium” dalam literatur ilmiah, adalah bukti nyata penciptaan.
Catatan fosil muncul seperti barikade besar di hadapan teori evolusi, karena ia menunjukkan bahwa spesies makhluk hidup muncul secara tiba-tiba dan terbentuk sempurna, tanpa bentuk-bentuk transisi evolusioner di antaranya. Fakta ini merupakan bukti bahwa spesies diciptakan secara terpisah.
3 Komentar

pada : 24 April 2012

"setuju,tapi walaupun teorinya salah, tapi kita juga harus menghargai atas penemuanya."

pencari kebenaran
pada : 30 May 2012

"Temuan sains itu persis sampai kapanpun seperti temuan potongan potongan mainan puzzle dan yang bisa menyatupadukannya adalah akal jadi keliru kalau deskripsi akal dianggap bukan wilayah sains atau sesuatu yang sudah berada diluar wilayah sains .sebagai contoh bila kita menemukan keteraturan di alam semesta dan kita mengatakan bahwa itu berasal dari desain maka itu adalah deskripsi akal dan salah kalau tidak dianggap ilmiah sebabpernyataan demikian memiliki bukti konkrit,sebagai contoh : seluruh benda teknologi adalah benda yang tertata yang terdiri dari element element yang disatu padukan dan penyatu paduan itu berasal dari desain akal fikiran manusia sehingga suatu yang mustahil bila keterpaduan yang ada dalam benda teknologi itu terjadi secara kebetulan.
Jadi saintis (atheistic) boleh untuk tidak membawa bawa Tuhan dengan argument bahwa sains harus terpisah dengan deskripsi yang bersifat abstrak,atau sains tak boleh masuk ke wilayah metafisis,tapi ingat bahwa mustahil bisa memahami sains secara utuh bila seorang manusia tidak memiliki serta tidak membawa atau menyertakan akalnya,dan sebagaimana kita tahu ‘akal’ adalah pengertian yang abstrak tapi seluruh umat manusia didunia meyakini keberadaannya.coba berikan potongan - potongan mainan puzzle atau sekumpulan bukti fakta empirik dunia sains kehadapan seekor kera ia tak akan bisa menyatu padukannya karena ia tidak memiliki akal.
Sains tanpa akal itu akan nampak seperti wujud benda yang acak acakan atau seperti bagan-element mesin yang belum disusun sehingga satu sama lain belum bisa saling berintegrasi.
Kita ambil contoh : Thomas alva Edison dahulu menemukan listrik tidak secara sekaligus tapi secara bertahap,bila wujud listrik yang utuh kita ibaratkan seekor gajah maka awal mulanya Edison menemukan kaki nya dahulu,lalu kepalanya, lalu badannya, dst. lalu akalnya menyatu padukan semua pengetahuan yang acak itu menjadi ilmu tentang listrik yang utuh.jadi bagaimana akal bisa dipisahkan dengan sains,sains tanpa akal akan menjadi hanya kumpulan argument-kumpulan fakta-kumpulan teori yang acak-yang terkotak kotak maka akal yang menyusunnya menjadi sebuah kesatuan pengertian kesatuan wujud konsep yang difahami.
Jadi jangan menafikan deskripsi akal dalam membahas problem sains.sehingga bila ada yang berkata: keserba teraturan alam semesta pasti berasal dari adanya desainer maka itu adalah contoh deskripsi akal yang tak bisa dan tak boleh disepelekan.masalah siapa desainer itu (?) nah itu baru sesuatu yang diluar wilayah sains biarlah manusia mencarinya sendiri. Tugas dan keterlibatan akal dalam memahami ketertataan alam semesta cukup hanya sampai pada kesimpulan bahwa keteraturan alam semesta pasti ada desainernya.(jadi jangan fobia pada pernyataan tentang adanya desainer itu hanya karena berasal dari orang yang beragama atau malah dianggap khotbah).sebab bila akal tidak membuat deskripsi demikian maka deskripsi tentang alam semesta pasti akan jatuh kepada orang yang membuat deskripsi tentang ‘kebetulan’ yang lahir dari orang yang tak memakai logika akal (hanya memakai pemikiran spekulatif).mengapa prinsip ‘kebetulan’ itu rasional (?) sebab dari kebetulan mustahil lahir ketertataan dan ketertataan mustahil lahir dari kebetulan.silahkan cari contohnya dan buat percobaan untuk membuktikan apakah dari kebetulan bisa lahir ketertaaan (?) tapi bukti bahwa ketertaaan,suatu yang sistematis berasal dari desain itu buktinya melimpah dimana mana,contoh sederhana adalah benda teknologi.
Jadi dalam penafsiran terhadap tatanan alam semesta antara evolusionis dan kreasionis mana dan siapa yang lebih menggunakan akal (?)
Atheis suka mengklaim sebagai ‘rasionalis’ dihadapan orang beragama tapi dalam mendeskripsikan alam semesta menyandarkan ketertaan alam semesta pada prinsip ‘kebetulan’ dan itu adalah keputusan atau prinsip ilmiah yang teramat sangat gegabah sebab bila dianalisis pernyataan itu jelas menghianati logika akal dan menghianati asas ilmiah yang mengharuskan ilmu harus difahami secara tertata,oleh cara berfikir yang tertata secara ilmiah dan itu hanya bisa dilakukan hanya bila manusia menyertakan akalnya.
(ketika akal kemudian menyimpulkan bahwa ketertataan alam semesta sebagai berasal dari desainer bukankah itu adalah kewajiban akal untuk merespon problem ilmu pengetahuan tentang alam senmesta ataukah akal harus diam tidak boleh membuat deskrisi atau pernyataan apa pun karena saintis tertentu fobia bila sains dibawa ke wilayah metafisika ?)
Kesimpulannya adalah : pernyataan akal sering dicurigai oleh kaum materialist ilmiah hanya karena dibelakangnya membawa bawa Tuhan.padahal kalau kita kaji kitab suci (Al qur’an khususnya sebagai kitab yang mengekplorasi akal) maka penggunaan akal itu adalah perintah Tuhan sebab manusia diberi akal untuk digunakan dalam berfikir.
Sekarang bayangkan sains tanpa akal apakah ia akan lahir apakah ia akan berkembang maju apakah ia akan bisa difahami secara konsep tual tanpa akal (?) disaat ini saintis atheistik telah menikmati hasil sains berupa melimpahnya bukti bukti ilmiah yang bersifat empiric,tapi ketika saintis tertentu berusaha menyatu padukan beragam fakta itu kedalam pengertian yang bisa difahami oleh akal (seperti konsep tentang adanya desainer itu) segolongan orang yang fobia bila sains ditafsir oleh hal yang ‘metafisis’ menolaknya padahal deskripsi demikian datang dari akal manusia karena akal selalu menuntut pengetahuan yang tertata-konstruktif (‘logis’ menurut bahasa ilmiahnya),dan akal akan menolak segala bentu ketidak tertataan - ketidak logisan atau kekacauan pemahaman (seperti konsep kebetulan yang melahirkan ketertataan).
Jadi jangan sampai sesuatu ditolak karena membawa bawa ‘Tuhan’ dan ‘agama’ padahal didalamnya adalah pernyataan yang rasional.atau jangan pernyataan yang rasional ditolak karena dibelakangnya dicurigai membawa nama ‘Tuhan’ dan ‘agama’,sebab bila demikian yang terjadi maka sains akan makin jauh dengan akal sehingga kelak sains ada dalam kekuasaan orang orang yang tidak menggunakan akal yang menggunakan serta menafsirkan sains sesuka hati bahkan membawanya kepada teori teori yang tidak masuk akal atau bahkan kedunia khayal.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------


Bila atheis bermain logika maka orang beriman pun bisa melakukannya bila atheis menuntut bukti keberadaan Tuhan maka orang beragama berhak menuntut bukti ketidak beradaan Tuhan (ini adalah pertanyaan yang sama sama adil,berimbang,win-win apakah orang beragama tak boleh menuntut pertanyaan seperti itu sedang atheis boleh menuntut.)

"


pada : 09 September 2012

"salam kenal. numpang komen:) :
1. Bedakan antara kajian asal usul kehidupan dengan asal usul keanekaragaman makhluk hidup. Teori evolusi mempelajari asal usul keanekaragaman, bukan asal usul kehidupan. Jadi mau asal kehidupan itu diciptakan atau "kebetulan" saja, teori evolusi tidak peduli.

2. Teori evolusi masih menjadi satu-satunya teori ilmiah yg menjelaskan keanekaragaman makhluk hidup. Teori ini belum runtuh, malah makin kokoh seiring pemakaian genetika untuk support bukti terjadinya evolusi di alam.

3. Teori evolusi itu cuma bahasan ilmiah, sama dengan teori relativitas, teori asam basa, teori gravitasi dll. Tidak ada yg mutlak dalam teori ilmiah karena selalu diupdate dengan data penelitian terbaru. Jadi, teori evolusi jangan dihantem pake kepercayaan, karena evolusi memang bukan "ajaran agama baru". Tapi pelajarilah teori evolusi layaknya mempelajari teori ilmiah yg lain dan ambil manfaatnya.

Sekian dulu, nanti klo ada kesempatan mampir lagi :)



Perhimpunan Mahasiswa Tanah Rantau Ama Iha Ulu Pia yg kemudian disingkat PERMATA adalah organisasi daerah atau faquyuban yang berasal dari  kumpulan mahasiswa Ama Iha Ulupia yang berada di kota Makassar, di organisasi ini banyak  sekali yang memberikan kontribusi secara intelektual, mina dan bakat, humoris, serta kreatifitas di bidang teknik adeting dll, namun tetap berdasarkan pada moralitas, intelektualitas dan relegiusitas.  nama - nama anggota diantara lain sebagai berikut :

1. Wandi Selan
2. Dino Selan
3. Babang Putuhena
4. Ifoel Pattihua
5. Sain Salam Pesy
6. Etok Kaisupy
7. Calpin Siauta
8. Abd Luhu Lima
9. Abd Rahman  Kaisupy
10. Sandra Selan
11. Azhari Patikais
12. Muis Pikahulan
13. Cacil Lisaholit
14. Nucel Selan
15. Ti Pati Kais
16. Puput Putuhena
17. Ema Kaisupy
18. Safaat Samal
19. Ridho Salampesy
20. Paiz Patikais
21. Fhira Samal
22. Bpa De Samal
23. Nilam (Samal)
24.Dhila Selan
25. Lilis Patihua
26. Baros Hukom
27. Omha Hukom
28. Onha Hukom
29. Ria Samal

Dalam kebersamaan yang begitu indah dengan romantika persaudaraan sejati, organisasi ini dibina dengan landasan kekeluargaan sebagai peningkatan mutu dan kualitas anggota PERMATA AIPIA. sesuai dengan nama PERMATA yang menjadi batu mulia dan di cari di setiap pelosok dunia, maka PERMATA AIPIA pun selalu berkilau dengan berbagai macam ide - ide kreatif yang cemerlang, walaupun baru se  tahun jagung, namun organisasi yang di gandrungi pemuda ini mampu menunjukan eksistensi serta elektabilitasnya di depn publik Ama Iha, Maluku dan Makassar pada khususnya, setiap minggu selalu diadakn kajian dan yasinan sebagai wujud pengaplikasian nilai - nilai relegiusitas, namun dengan senyuman para bidadari PERMATA dan tatapn memikat para kesatria PERMATA hadir dan tak pernah mengeluh dalam setiap tanggung jawab yang diberikan, PERMATA AIPIA begitu kita biasa dipanggi dan panggilan ini cukup akrab ditelingah anggota serta organda - organda yg mempunyai sliaturahim dengan PERMATA AIPIA.

kinerja kegiatan yang sudah dilakukan anatar lain, pemeriksaan darah gratis, pengkaderan perdana, yasinan dan kajian mingguan, bedah buku, diskusi makalah mingguan, Treaning Of Trening, Latihan protokol, Pelatihan Persidangan, serta dibarengi kegiatan - kegiatan non formal lainnya seprti bakar ikan bersama, makan papeda bersama, refleksi akhir tahun bersama, makan asida bersama, bahkn saking kekeluargaannya, sampai setiap ada angota PERMATA AIPIA yang berulang tahun maka pasti selalu dirayakn secara bersama dalm suasana kekeluargaan dan meriah, sesungguhnya itulah PERMATA AIPIA, organisasi yang menjadi wahana penyaluran wujud kekeluargaan dan tempat tuk saling berbagi dan bertukar serta belajar akan ilmu - ilmu organisasi, pengetahuan, adat, dan keislaman.

organisasi sangatlah beda dengan organisasi manapun, karena PERMATA AIPIA tidak terlalu kaku dalam mengambil sebuah keputusan, tidak terlalu kakau dalam mengejawantahkn sebuah aturan baik formal maupun non formal, serta dibarengi semangat juang yg tinggi dan humoris ala anak - anak PERMATA sehingga kita serasa berada di tengah - tengah keluarga sendiri bila berasosiasi dengan organisasi yang satu ini,  dan masih banyak lahir generasi - generasi lanjutan sebagai regenerasi PERMATA AIPIA ke depan....


 

Sample text

Sample Text

Sample Text